Kepribadian Bangsa Timur
Ilmu Budaya Dasar
“Etika Makan Bangsa China”
Dosen : Auliya Ar Rahma
Oleh
Nama :
Faisal Ramadhan Budiono
NPM/ Kelas : 13114819 / 1KA01
Jurusan : Sistem Informasi
Fakultas : Ilmu Komputer
Bulan Tahun : April 2015
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dunia ini begitu luas, terbentang
oleh daratan yang luas dan dipisahkan dengan laut nan luas. Dengan luasnya bumi
ini, maka terciptalah kepribadian budaya yang beragam karena perbedaan kebiasaan
yang dilakukan di setiap tempat yang berbeda. Keanekaragaman kepribadian budaya
ini yang membuat kehidupan masyarakat dunia ini menjadi lebih menarik, apa lagi
dengan dimudahkannya transportasi hampir ke seluruh penjuru dunia. Maka dengan
mudahnya masyarakat masa kini untuk dapat melihat langsung dan merasakan
perbedaan kepribadian budaya pada setiap bangsa.
Kepribadian budaya meliputi hal yang
luas, budaya untuk mempertahankan kehormatan seperti hara kiri dari Jepang,
sampai etika yang benar dalam makan. Ya benar, bahkan etika hanya untuk makan
di setiap bangsa berbeda-beda. Etika makan yang akan dikatakan lumrah di negeri
sendiri tetapi akan dipandang sinis di negeri orang. Salah satu bangsa yang
memiliki etika makan yang cukup berbeda dari Indonesia adalah China. China
adalah salah satu negeri yang memiliki etika makan yang menarik untuk dibahas, maka
dari itu penulis ingin membahas tentang etika makan bangsa China.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini
agar pembaca dapat mengetahui hal-hal seperti apa saja yang akan menyinggung bangsa
China saat di meja makan dan dapat menghindari dari kesalahpahaman yang akan
ditanggung.
Bab II
Tinjauan Pustaka
Etika
makan Bangsa China bukan hanya tentang makan menggunakan sumpit, tetapi perlu
diketahui Chinise Table Manner yaitu tatakrama saat dimeja makan. Etika makan pada Bangsa China yang paling pertama
adalah hindari menancapkan sumpit secara vertical pada semangkuk nasi. Mungkin kita
hanya ingin menaruh sumpit agar lebih “aman” dan tidak terjatuh dari mangkuk
untuk minum, tapi meletakan sumpit dalam posisi ini benar-benar tidak sopan
untuk Bangsa China. Menusukan sumpit secara vertical pada semangkuk nasi
merupakan lambang untuk kematian bagi Bangsa China. Sumpit yang ditancapkan
kedalam mangkuk terlihat seperti dupa yang ditancapkan di makam-makam keluarga
keturunan China. Maka dari itu beberapa restoran-restoran besar biasanya
memberi tempat khusus untuk menempatkan sumpit.
Jangan
pernah membalikan ikan yang sedang dimakan! Memang ikan memiliki daging di dua
sisi, dan bila daging di sisi satu sudah habis biasanya warga di Indonesia akan
membalikan ikan tersebut lalu melahap sisi yang satunya. Tetapi di China membalik
ikan yang sedang disantap sangatlah rancu, karena bagi Bangsa China ikan
tersebut melambangkan kapal para nelayan dan membalikan ikan tersebut artinya
membalikan kapal para nelayan yang mereka percaya akan membuat para nelayan
dalam situasi yang berbahaya. Maka dari itu biasanya bila daging ikan tersebut
sudah habis pada satu sisi kita dapat mengangkat tulang ikan yang berada di
bagian ekor lalu ditarik hingga tulang terpisah dengan daging dan anda bisa
melanjutkan memakan bagian satu lagi dari ikan tersebut.
Hindari
memotong mie yang sedang anda makan. Salah satu tradisi di China, disaat
seseorang
sedang berulang tahun maka dia akan mentraktir teman-temannya memakan
mie. Dan semakin panjang mienya maka akan semakin baik karena mie yang panjang melambangkan
umur yang panjang juga. Maka dari itu munculah etika tentang jangan memotong
mie sebab seolah-olah seperti mengakhiri umur kita. Artinya bila mienya
sepanjang 2m, kita harus menyeruputnya hingga akhir? Tentu tidak, untung saja
yang dimaksut tidak boleh memotong mie adalah jangan memotong mie menggunakan
sendok, pisau, garpu, sumpit dan lain sebagainya. Untuk memotong mie dengan
cara menggigit masih diperbolehkan.
Jangan
pernah membiarkan cangkir teh dalam keadaan kering. Bila cangkir teh teman
didekat anda sudah kosong, biasakan untuk menuangkan teh ke cangkir kosong
tersebut dan kemudian sang
penerima akan mengetukan dua jarinya ke meja sebagai
balasannya, lalu sang penuang teh harus mengikutinya. Menurut legenda, ini
semua bermula saat seorang kaisar pada jaman dahulu pernah menyamar menjadi
rakyat biasa agar dapat lebih dekat dengan rakyat kecil. Didalam penyamarannya
dia ditemani seorang pengikutnya. Pada suatu hari saat mereka berada di kedai the,
kaisar tersebut menuangkan the ke cangkir pelayan pribadinya tersebut dan
secara tradisi seharusnya sang pelayan berlutut kepada kaisar untuk menunjukan
rasa hormat tetapi itu akan membongkar penyamaran sang kaisar maka dari itu
sang pelayan mengetuk meja dengan dua jarinya yang melambangkan dua lutut.
Etika menuangkan teh ini masih sering di jumpai hingga sekarang, khususnya di
daerah Guangzhou dan Hong Kong walaupun akhir-akhir ini Bangsa China lebih
sering mengucapan kata terima kasih daripada melakukan ini.
Etika makan pada Bangsa China yang terakhir adalah
selalu memesan makanan dalam
jumlah genap. Kalian pasti mengetahui tentang Yin
dan Yang yang sangat melekat pada Bangsa China bukan? Bangsa China percaya pada
angka genap merupakan nilai seimbangan dari dunia ini, karena mahluk hidup
selalu diciptakan berpasang-pasangan. Tindakan memesan makanan dalam jumlah
genap hanya berlaku untuk jamuan-jamuan formal atau acara-acara tertentu, jadi
tidak usah khawatir bila hanya makan-makan biasa. Lagipula siapa orang yang
akan membatalkan acara makan hanya karena jumlah piring yang ada di atas meja
ganjil?Bab 3
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya, etika dan
kebiasaan dari setiap bangsa benar-benar berbeda, hal kecil yang terlihat
lumrah kadang malah sesuatu yang rancu di mata bangsa lain. Maka dari itu ada
baiknya agar kita dapat mempelajari kepribadian bangsa di dunia ini yang banyak
macamnya.
Bab 4
Daftar Pustaka
http://bhq.web.id/blog/2014/09/5-etika-makan-yang-harus-kamu-tahu-dalam-budaya-china/
http://cina.panduanwisata.id/shanghai/wisata-kuliner-shanghai/5-etika-makan-dalam-budaya-cina/
Komentar
Posting Komentar